Rabu, 30 September 2015

penanganan induk sapi yang akan beranak




Proses beranak atau melahirkan bagi sapi betina merupakan bagian penting dari proses reproduksi yang dimulai dari perkawinan/inseminasi, kebuntingan dan akhirnya beranak. Tahapan-tahapan penting ini memberikan tanda-tanda khusus yang dapat diamati oleh pengelola peternakan atau para peternak sapi. Keberhasilan pemeliharaan sapi betina sangat ditentukan oleh baiknya proses reproduksi yang dilalui oleh sapi induk. Kerena sapi beranak satu kali dalam setahun/semusim maka kelahiran anak yang lancar tanpa mengalami kesulitan akan sangat menguntungkan peternak.
Untuk itu kelahiran anak dari induk yang sehat tanpa mengalami kesulitan melahirkan akan juga berpengaruh terhadap perkembangan anak yang dilahirkan, juga akan berpengaruh terhadap induk sapi tersebut dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi tahapan-tahapan reproduksi atau kebuntingan berikutnya.
Selain dari faktor sapi, faktor peternak juga harus berperan aktif dalam membantu kelancaran reproduksi sapinya. Khusus menjelang sapi beranak, peternak harus rajin mengamati tanda-tanda sapi yang akan segera beranak terutama pada kebuntingan tua. Bagaimana tanda-tanda sapi yang akan melahirkan?, berikut panduan buat para peternak: 
  1.  Ambing membesar dan terdapat tonjolan-tonjolan vena di sekitarnya. Dari puting keluar kolostrum apabila dipencet. Urat-urat daging sekitar vulva tampak mengendor sehingga sebelah kanan dan kiri pangkal ekor kelihatan cekung, dan diperkirakan kelahiran akan terjadi kurang dari 24 jam. Hal ini diikuti dengan pengendoran ligementum sacropenosum tuberosum.
  2. Jika saat beranak tiba, maka induk sapi menjadi gelisah dan berjalan berputar-putar, sebentar tidur, sebentar berdiri, dan kadang-kadang mengeluarkan feses sedikit-sedikit.
  3. Vulva kelihatan memerah, bengkak dan keluar lendir.
Menurut Partodihardjo (1980), tanda-tanda akan datangnya suatu kelahiran pada ternak, pada umumnya hampir sama dari spesies ke spesies. Pada sapi tanda yang dapat diamati antara lain:
  1. Induk sapi gelisah, edema pada vulva, lendir yang menyumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu.
  2. Terjadi relaksasi pada bagian pelvis, terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum. Relaksasi ini menyebabkan urat daging di atas pelvis mengendor. Jika diraba, urat daging di sebelah kiri dan kanan pangkal ekor terasa kendor dan lunak jika dibandingkan dengan perabaannya pada waktu kebuntingan masih berumur 6 atau 7 bulan. Bila urat daging yang menghubungkan pangkal ekor dengan tuber ischii ini telah sedemikian kendornya, maka dapat diramalkan bahwa kelahiran sudah tinggal 24-48 jam lagi.
  3. Relaksasi urat daging pangkal ekor ini sekali-sekali disertai dengan kenaikan pangkal ekor (agak menjadi tegak seperti pada waktu sapi sedang birahi/estrus).
  4. Vulva yang bengkak besarnya menjadi 2 sampai 4 kali daripada sebelumnya, dan jika dipegang terasa sangat lembek.
  5. Perubahan lain yang sangat menonjol menjelang kelahiran adalah lendir serviks dan pembukaan serviks. Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 sampai 9 bulan berubah dari kental sekali menjadi agak cair. 
  6. Menjelang kelahiran, lendir yang kental berwarna kuning jernih mencair seperti madu meleleh dan volumenya menjadi banyak serta sifatnya lebih cair. Jika dimasukkan jari ke dalam serviks maka teraba serviks sudah mulai terbuka. 
  7. Pembukaan serviks dapat diikuti dengan cara memasukkan jari ke dalam lumennya. Jika satu jari dapat masuk maka diramalkan bahwa kelahiran masih kurang 3 hari; jika terbuka selebar 2 jari maka kelahiran diramalkan akan terjadi 1-2 hari kemudian, dan jika terbuka selebar 3 jari, kelahiran dapat berlangsung beberapa jam sampai 1 hari kemudian.
Apabila sapi sudah memperlihatkan gejala-gejala akan melahirkan maka harus dipersiapkan segala peralatan yang diperlukan terutama untuk pedet yang baru lahir. Di samping itu beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah:
  • Untuk induk sapi yang akan melahirkan perlu ditempatkan pada kandang beranak atau padangan yang kering dan bersih. Kegunaan kandang beranak tersebut yaitu memudahkan pergerakan induk sapi sebelum melahirkan atau ketika proses kelahiran berlangsung, karena perbaikan fetus dalam kandungan akan lebih mudah jika induk sapi dalam keadaan bergerak/berjalan. 
  • Amati perubahan tiap jam/sekali. Amati terhadap gejala partus dan siap memberikan bantuan bila diperlukan.
  • Jika induk sapi tampak sehat dan proses melahirkan (partus) akan berjalan normal maka pertolongan dari luar tidak diperlukan. Pertimbangan bahwa partus akan berjalan normal ialah mengenal tanda-tanda partus dengan baik, memperhitungkan waktu dan tahap kelahiran serta stadium-stadium perejanan. Jika waktu dan stadium maupun tahap kelahiran tidak menyimpang terlalu banyak dari kebiasaannya, maka proses partus pada umumnya akan berlangsung normal.

ciri bakalan sapi berkualitasd

Ciri Bakalan Sapi Berkualitas

Bakalan sapi yang berkualitas, merupakan persyaratan awal dalam memulai usaha penggemukan sapi potong. Berikut beberapa kriteria berdasarkan jenis, umur, dan ciri fisiknya.
bakalan sapi simmental
Jenis dan Kualitas Bakalan Sapi
Bakalan sapi untuk penggemukan sapi potong sebaiknya memang berasal dari jenis potong, baik yang beradadi daerah setempat maupun berasal dari luar wilayah pertenakan. Sapi bakalan yang berkualitas bisa berupa sapi berdarah murni(Sapi bali), atau sapi hasil persilangan (sapi simmental atau sapi limousin jantan dengan PO betina).
Jika menggunakan bakalan sapi hasil persilangan, sebaiknya memilih bakalan yangdengan fisik lebih menyerupai induknya. Misalnya, jika menggunakan bakalan hasil persilangan sapi simmental atau sapi limousin jantan dengan sapi Peranakan Ongole (PO) betina, maka sapi bakalan yang digunakan sebaiknya memiliki fisik dominan sapi simmental atau sapi limousin
Namun sapi bakalan berkualitas saja tidak cukup, dalam penggemukan sapi potong, sapi bakalan berkualitas harus ditunjang dengan pakan berkualitas agar  yangsapi yang dihasilkan seuai target. Seperti yang diketahui dalam artikel sebelumnya, pertumbuahan bobot harian sapi limousin atau sapi simmental mencapai 2 kg/ekor/hari, jika pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
Umur bakalan sapi
Idealnya, umur bakalan sapi untuk usaha penggemukan sapi potong sekira 2-3 tahun. Kisaran umur tersebut merupakan umur paling optimal untuk memulai usaha penggemukan. Umur bakalan sapi yang kurang dari dua tahun, pertumbuhan bobot hariannya masih agak lambat (belum optimal). Sebaliknya, jika umur bakalan lebih dari tiga tahun, pertambahan bobot harian sudah lambat.
Masih jarangnya peternak, terutama peternak rakyat, yang membuat catatan kelahiran sapi mengakibatkan munculnya kendala untuk mengetahui umur bakalan sapi. Padahal, pencatatan tanggal lahir merupakan cara yang paling akurat dalam menentukan umur bakalan sapi. Umumnya, untuk mengatasi masalah tersebut, peternak melakukan  dengan metode lain, yaitu melihat kondisi gigi.
Kondisi FisikBakalan Sapi

Selain umur, sapi bakalan yang dipilih juga harus memiliki kondisi fisik yang baik, yakni terlihat sehat, segar, aktif, tidak lesu, dan pertumbuhan normal (tidak cacat). Sapi bakalan yang sehat dan normal tentunya dapat mengoptimalkan program penggmukan sehingga hasilnya maksimal. Berikut berbagai ciri fisik bakalan sapi yang berkualitas.
  1. Badan kommpak (proposional). Rangka tubuh tampak kokoh dan lebar (tidak tipis)
  2. Tubuh panjang dengan tinggi tubuh bagian depan dan belakang relatif sama
  3. Dada lebar, bakalan sapi yang baik umumnya memiliki dada yang lebar (tidak sempit) sehingga pertambahan daging selama penggemukan di bagian ini cukup banyak atau maksimal.
  4. Bulu pendek dan kering dan mata bersinar dan responsif terhadap lingkungan.
  5. Perut kecil, tetapi pantat lebar. Bakalan sapi dengan perut besar (buncit) mengidentifikasi terserang cacingan. Selain itu, perut bakalan sapi yang terlalu besar biasanya juga memengaruhi jumlah karkas yang dihasilkan karena kosentrasi pertambahan bobotbanyak terserap ke perut sehingga mengurangi pertambahan daging ke bagian lain, seperti dada, paha, atau pantat.
  6. Kaki kokoh dengan tulang kaki besar. Kaki yang kokoh sangat penting untuk menopang bobot seiring pertambahan bobot.
  7. Bentuk kaki noormal dan lurus, sejar, tidak membentuk X atau O
  8. Tidak terlalu kurus dan gemuk. Bakalan sapi yang terlalu kurus biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk digemukkan. Selain itu, Bakalan sapi yang terlalu kurus kemungkinan menderita penyakit seperi cacingan atau pernah memakan sesuatu yang tidak seharusnya, seperti plastik atau karet. Sebaliknya, bakalan yang terlalu gemuk juga kurang ideal untuk digemukkan karena pertambahan bobot hariannya tidak sebanyak bakalan sapi yang badannya ideal.

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI

on . Posted in PERTANIAN
INSEMINASI BUATAN(IB).
Peningkatan produktifitas ternak adalah suatu keharusan, Oleh karena itu diperlukan upaya memotivasi peternak dalam pemeliharaan ternak yang lebih maju dan menguntungkan melalui pembinaan yang sungguh-sungguh. Pemeliharaan ternak bukan lagi hanya dianggap sebagai tabungan atau pekerjaan sampingan, melainkan sudah dikelola dengan baik menuju kearah yang lebih maju dangan harapan peternak dapat mengerti dan menyadari arti pentingnya produktifitas ternak, Salah satu cara untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak sapi dapat
dilakukan melalui kawin suntik yang dalam bahasa ilmiahnya Inseminasi Buatan (IB). Hal tersebut adalah sebagai salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak, sehingga dapat menghasilkan keturunan/ pedet dari bibit pejantan unggul.
Melalui kegiatan kawin suntik atau inseminasi buatan, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta memudahkan peternak untuk mendapatkan keturunan ternak sapi yang berkualitas genetik tinggi dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas ternak sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.
Inseminasi Buatan (IB) atau dalam istilah ilmiahnya disebut Artificial Insemination (AI) merupakan sistem perkawinan pada ternak sapi secara buatan yakni suatu cara atau teknik memasukkan sperma atau semen kedalam kelamin sapi betina sehat dengan menggunakan alat inseminasi yang dilakukan oleh manusia (*Inseminator) dengan tujuan agar sapi tersebut menjadi bunting. Semen adalah mani yang beradal dari sapi pejantan unggul yang dipergunakan untuk kawin suntik atau inseminasi buatan.
Dalam kegiatan kawin suntik pada ternak sapi ini memberikan beberapa keuntungan antara lain; (1) menghemat biaya pemeliharaan pejantan; :biaya relatif murah untuk mendapatkan bibit sapi yang bagus /unggul dalam bentuk semen, jadi tidak perlu membeli sapi pejantan yang harganya relatif mahal; (2) dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;(3) mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina; (4) dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang baik sehingga sperma /semen dapat disimpan dalam jangka waktu lama; (5) semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati; (6) cepat menghasilkan pedet jantan yang dapat dimanfaatkan untuk bakalan sapi potong atau pedet betina sebagai bibit sapi perah; (7) menghasilkan generasi baru anak bakalan penghasil daging yang berkualitas (sapi potong) dan meningkatklan produksi susu pada sapi perah betina; (8) Perbaikan mutu genetik lebih cepat;(9) Dapat memilih jenis/bangsa ternak Sapi yang diinginkan ( Limousin, Simental, Peranakan Ongole, Brahman, Brangus, FH, Bali dan lain-lain); (10) Berat lahir lebih tinggi dari pada hasil kawin alam; (11) Pertumbuhan berat badan lebih cepat; (12) Meningkatkan Pendapatan Petani.
*Inseminator
Inseminator merupakan petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan ketrampilan khusus untuk melakukan inseminasi buatan atau kawin suntik serta memiliki Surat Izin Melakukan Inseminasi (SIMI). Selain inseminator dari pemerintah ada juga inseminator mandiri yang berasal dari khalayak peternak atau masyarakat yang telah memperoleh pelatihan ketrampilan khusus untuk melakukan inseminasi buatan atau kawin suntik.
Tujuan Inseminasi Buatan
Tujuan perkawinan sapi dengan sistem inseminasi buatan adalah:
1. Meningkatkan mutu ternak lokal;
2. Mempercepat peningkatan populasi ternak;
3. Menghemat penggunaan pejantan:
4. Mencegah adanya penularan penyakit kelamin akibat perkawinan alam;
5. Perkawinan silang antar berbagai bangsa / ras dapat dilakukan.
Faktor penentu keberhasilan IB
Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan dipengaruhi oleh beberapa 4 faktor yang saling berhubungan yaitu
  • Kualitas semen , Yang perlu diperhatikan awalnya adalah bibit sapi yang digunakan apakah sudah unggul didalam menghasilkan produk susu atau produk dagingnya, setelah itu adalah proses didalam pembuatan semen bekunya yang berdampak pada kualitas semen yang dihasilkannya.
  • Fisiologi Betina yang di IB, Fisiologi betina dipengaruhi oleh genetik induknya apakah sapi lokal, sapi persilangan atau sapi import. Sapi lokal lebih subur (fertil) dibandingkan dengan persilangan atau import), semakin tua umurnya juga semakin tidak fertil, selain itu fisiologi betina juga dipengaruhi oleh lingkungan yaitu sistem pemeliharaannya terutama adalah pakannya (jumlah dan kualitasnya), suhu dan iklimnya, misal sapi perah atau sapi persilangan (misal peranakan limosin) tidak tahan di daerah yang panas dan kualitas pakan yang jelek, dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaruh penyakit kulit dan cacingan, akan berpengaruh terhadap kematian embrio (janin).